Introduction

Tuesday, June 14, 2022

"Hibernasi"

 

Jika manusia bisa berhibernasi seperti layaknya binatang, mungkin banyak manusia yang melakukannya, tidur dalam jangka waktu panjang untuk tujuan tertentu.  Maklumlah, hidup ini kerap dipandang sulit dan berat oleh manusia. Jadi, andai saja manusia bisa  “hilang” sejenak dari kehirukpikukan dan berharap kembali lagi ke dunia hiruk pikuk dalam kondisi yang lebih segar, mungkin, hibernasi akan menjadi pilihan orang.

 

Sayangnya, hanya binatang yang bisa melakukan hibernasi. Hibernasi dilakukan oleh binatang pada saat musim dingin agar mereka bisa melewati masa tersebut. Hibernasi yang dilakukan binatang itu juga berguna untuk menghemat energi, menurunkan laju metabolisme dan juga menurunkan kerja organ tubuh.

 

Meskipun manusia tidak bisa berhibernasi atas kemauan sendiri seperti layaknya binatang, tapi istilah hibernasi sudah banyak digunakan orang untuk menyatakan “undur diri” dari, misalnya, aktivitas sosialnya baik langsung maupun lewat dunia maya. Walaupun penggunaan kata hibernasi “salah kaprah” tapi orang “menelan” saja. Bisa jadi orang sesungguhnya mahfum atau tidak paham. Entahlah…

 

Lepas dari persoalan kesesuaian makna hibernasi dengan penggunaan kekiniannya, tampaknya manusia masa kini semakin mencari-cari cara “berdamai” dengan diri sendiri, bukan hanya karena luka batin tetapi juga karena kelelahan fisik dan pikiran atau dalam proses “pencarian”.

 

Saya teringat dengan seorang sahabat yang sedang melakukan “hibernasi”, begitu tutur sahabat saya tersebut. Ia menarik diri dari “peredaran” pergaulan sosialnya dengan mengurangi berkomunikasi dua arah atau “beragam arah” seperti layaknya komunikasi dalam grup jejaring sosial. Komunikasi semacam itu dipandang akan berpotensi menggagalkan proses “hibernasinya”.

 

Jelas tidak mudah meninggalkan “panggung” indah kehirukpikukan pergaulan karena kita harus menanggalkan keakuan yang pada akhirnya bisa melesapkan orang dari keberadaannya di tengah keramaian. Ia juga harus berani dan mau menurunkan derajat  "keterkenalan" dunia yang kerap kali memberatkan manusia mengorbit ke langit. 

 

Jika “Hibernasi” dipandang sebagai proses “penyucian” diri, membersihkan hati dari berbagai “penyakit hati” dan sifat tercela agar bisa berjumpa dengan Sang Pemilik, maka pulangkanlah segala sifat banyak bicara, melihat, dan berkehendak. Maklumlah manusia itu mudah sekali tergoda

 

Dalam diam kerap manusia bisa menanam kebajikan lebih banyak di bumi dan itu akan berbuah manis di langit. 

 

Biarkan sahabat saya melakukan “hibernasi” agar diamnya menjadi tangga untuk mencapai langit.

 

 

 

                                                                Thanks to Mas Bams