Introduction

Tuesday, August 4, 2020

Bukan Manusia Bumi


Jika tidak di bumi, dimana manusia berada…? Bumi tempat manusia berpijak ternyata dihuni pula oleh orang yang sepertinya tidak memiliki “KTP” penduduk bumi. Semua perbuatannya, tingkah lakunya, sikapnya bahkan senyumnya tidak menggambarkan sama sekali penduduk bumi yang kerap tak jelas arah dan tujuannya.

Saya teringat kisah Uwais Al-Qarni (594 M – 657 M) seorang Tabi’in yang hidup di zaman Nabi Muhammad Saw tapi tidak sempat bertemu Rasulullah. Cinta dan bakti Uwais kepada ibunya sangat luar biasa, walaupun dengan segala keterbatasan. Oleh karenanya ia memang pantas disebut sebagai penghuni langit. Jalan yang dipilih Uwais seharusnya memberi inspirasi kepada segenap penduduk bumi yang tidak memiliki keterbatasan untuk berbakti dan berbuat kebajikan.

Bagi manusia penghuni bumi pada umumnya, tampak tak mungkin menggapai langit. Langit sebagai tempat turunnya berbagai pesan Ilahi berjarak jauh dari bumi tetapi bisa juga terasa sangat dekat… karena ia ada di hati manusia yang senatiasa berbuat kebajikan. Jika manusia bumi berniat menggapai langit, maka manusia membutuhkan sayap untuk terbang tinggi mencapai langit.

Sayap syukur dan sayap sabar ternyata mampu mengantarkan  manusia untuk menjadi anggota manusia langit. Manusia bumi tak perlu meninggalkan berbagai urusan bumi tempat kita berpijak karena itupun pesan Ilahi. Tetapi kawal selalu dengan syukur dan sabar agar  setiap saat manusia bisa “mampir” ke langit.

Syukur dan sabar, dua kata “pembawa” manusia ke langit yang kerap diucapkan untuk mengiringi doa dan harapan baik tersebut memang indah dan mudah disebut. Tapi tak terlalu mudah dilaksanakan. Untuk sampai pada benar-benar mensyukuri atas karunia Ilahi karena kita diberi kesempatan menikmati hidup, ternyata harus melalui perdebatan batiniah yang panjang dan berliku. Begitu pula sabar…

Banyak manusia tidak sabar menghadapi kesulitan dan memperjuangkan kebajikan dalam hidup ini. Manusia ingin segala sesuatu berjalan cepat, lancar dan berhasil dengan gemilang. Tergesa-gesa memang salah satu sifat manusia.

Walaupun manusia tidak bisa menembus bumi dan tidak mampu menjulang setinggi gunung, tapi manusia diberi akal dan kalbu untuk belajar bersyukur dan bersabar. Karena syukur dan sabar itu  ilmu tingkat tinggi maka selama hayat masih di kandung badan, manusia tidak boleh berhenti belajar untuk menggapainya. Mari belajar bersama… teruslah belajar untuk mencapai langit…




 


 

 

 

4 comments:

  1. Menikmati proses dengan bahagia utk sampai mnjd "manusia langit"

    ReplyDelete
  2. Sangat indah kesudahannya jika menjadi manusia bumi yang dirindukan langit...

    ReplyDelete