Saya sesungguhnya tidak paham apakah
mengurus cucu baik paruhwaktu maupun purnawaktu dapat dijadikan “profesi” bagi
para senior… Dalam pandangan saya mengurus cucu atau anak kecil (balita)
memerlukan tenaga ekstra dan “cadangan kesabaran”. Apalagi jika cucu tercinta
sedang “aktif-aktifnya…”. Anda harus ikut menjaga secara fisik, kadang
menggendong, mengejar, membungkukan badan… dan saya tidak terbayang bagaimana
“osteoatritis” para senior…
Tentu saja setiap orang punya pandangan yang berbeda terhadap masalah ini. Sebenarnya di Indonesia hal tersebut sangat lumrah, anak kita menitipkan anak-anaknya kepada orang tua karena pasangan suami istri yang “notabene” anak dan menantu kita tersebut harus bekerja. Walhasil, setidaknya Anda harus “mengasuh” kurang lebih selama 10 jam dengan perkiraan bekerja 8 jam ditambah perjalanan dari rumah ke kantor dan sebaliknya 2 jam.
Walapun cucu merupakan harapan yang ditunggu-tunggu dalam fase kehidupan manusia tetapi perkara mengurus cucu bukanlah selalu hal yang “membahagiakan” dan tanpa hambatan karena sejatinya cara pandang Anda, kita, bisa sangat berbeda dengan orang tua muda usia,terutama dalam memandang dan menetapkan konsep hidup. Perbedaan ini yang bisa mengakibatkan konflik antara orang tua dan anak.
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa
pengasuhan anak oleh nenek atau kakek kerap menimbulkan gangguan psikologis.
Misalnya anak menjadi bingung karena penetapan “reward & punishment”, tata
nilai, model pola asuh yang berbeda.
Sebagai jalan tengah jika Anda memang merasa suka, senang dan bahagia mengasuh cucu secara “purnawaktu” atau tidak punya pilihan lagi, menurut saya, setidaknya ada tiga kiat penting yang bisa membantu Anda agar menjadi “pengasuh yang sukses”
1.Terbuka
Keterbukaan menjadi salah satu kunci
keberhasilan ”tugas” Anda. Bicarakan secara rinci dengan anak-anak Anda terkait
“tugas” tersebut. Bisa saja anak Anda merasa enggan untuk meminta kita
melakukan “ini dan itu” karena sadar bahwa orang tua seharusnya memiliki lebih
banyak pengalaman dalam mengasuh anak, maka ada baiknya Anda mendahului.
Menanyakan hal yang boleh dilakukan dan tidak dalam versi anak Anda, menurut
saya, merupakan hal yang bijak karena nantinya Anda tidak akan meninggalkan
jejak konflik nilai pada perkembangan cucu Anda.
Jika Anda orang yang cukup terbuka dalam
menerima pendapat, minta anak Anda menuliskan “Do’s and Don’ts” dan Anda juga
menyampaikan hal-hal yang dipandang baik untuk semua.
2.Memperbarui informasi
Yang saya maksud dengan memperbarui
informasi adalah memutakhirkan pengetahuan seputar model atau konsep pola asuh
yang dianut oleh orang tua muda. Orang tua masa kini bukan “penganut pola
asuh helikopter”. Mereka cenderung memberi kebebasan memilih dan membuka peluang
kepada anak-anaknya untuk berargumentasi. Oleh karena itu, para senior harus
siap jika cucu tercinta mendebat perintah atau menolak melakukan sesuatu dengan
beragam argumentasi. Selain itu, orang tua masa kini juga rajin berselancar
mencari jawaban untuk mendapatkan informasi atas persoalan yang dihadapi.
Mereka tidak selalu mengikuti kebiasaan orang tuanya (baca: kita)dalam mengasuh
anak-anak. Jadi, pengalaman panjang Anda dalam membesarkan dan mendidik anak,
bisa saja tidak diikuti. Maka berbesar hatilah…
3.Jangan terlalu memanjakan
Tentu bahagia melihat anak-anak kita sudah
memiliki anak. Tanpa disadari kita menjadi orang yang seakan-akan paling
menyayangi cucu kita. Banyak cerita mengenai nenek atau kakek lebih menyayangi
cucunya dibandingkan anaknya. Memang kebahagian melihat cucu-cucu yang
lucu dan menggemaskan membuat kita jadi sangat permisif dan cenderung
“bertoleransi tanpa batas”. Anda harus mampu bersikap bijak untuk menolak,
menerima atau mengizinkannya melakukan/ meminta sesuatu. Yang paling baik Anda
berpegang teguh saja pada aturan “Do’s and Don’ts” dengan gaya dan cara Anda
tentunya. Jika Anda relatif konsisten, secara perlahan anak akan menyimpan
“pesan nilai” ini pada benaknya. Sekali lagi cadangan kesabaran harus cukup…
Bagaimanapun, pada akhirnya bergantung
pada kesiapan Anda dan orang tua yang menitipkan anaknya untuk saling memahami
karena sesungguhnya bantuan Anda merupakan hal yang tak ternilai dan tidak
semua orang mau melakukannya, bahkan saya pun tak akan menyanggupinya...Enjoy…
Saya kaget, beneran ibu sudah punya cucu? Trus saya punya apa dong? Hmmm, saya punya semangat untuk momong cucu suatu saat :-)
ReplyDelete(iya ini lucu banget kl dibayangin)
Hi... Nunik... kamu selalu punya semangat yang menggebu
DeleteHalo Ibu Irna...
ReplyDeleteRindu ini terobati setelah membaca tulisan ibu. Sehat selalu ya bu.
Terima kasih... Semoga kita semua selalu diberi nikmat sehat ya...
DeleteApakah Ibu Irna tau siapa itu unknow di atas? :-D
ReplyDeleteYang saya ketahui ia pasti orang baik...
DeleteMudah2an kalau "pengasuhnya" sukses "asuhannya" lebih sukses ya...
ReplyDeleteTerima kasih
Delete