Introduction

Wednesday, May 6, 2020

Mengurus Cucu… hhhmmm…

Saya sesungguhnya tidak paham apakah mengurus cucu baik paruhwaktu maupun purnawaktu dapat dijadikan “profesi” bagi para senior… Dalam pandangan saya mengurus cucu atau anak kecil (balita) memerlukan tenaga ekstra dan “cadangan kesabaran”. Apalagi jika cucu tercinta sedang “aktif-aktifnya…”. Anda harus ikut menjaga secara fisik, kadang menggendong, mengejar, membungkukan badan… dan saya tidak terbayang bagaimana “osteoatritis” para senior…

Tentu saja setiap orang punya pandangan yang berbeda terhadap masalah ini. Sebenarnya di Indonesia hal tersebut sangat lumrah, anak kita menitipkan anak-anaknya kepada orang tua karena pasangan suami istri yang “notabene” anak dan menantu kita tersebut harus bekerja. Walhasil, setidaknya Anda harus “mengasuh” kurang lebih selama 10 jam dengan perkiraan bekerja 8 jam ditambah perjalanan dari rumah ke kantor dan sebaliknya 2 jam.

Walapun cucu merupakan harapan yang ditunggu-tunggu dalam fase kehidupan manusia tetapi perkara mengurus cucu bukanlah selalu hal yang “membahagiakan” dan tanpa hambatan karena sejatinya cara pandang Anda, kita, bisa sangat berbeda dengan orang tua muda usia,terutama dalam memandang dan menetapkan konsep hidup. Perbedaan ini yang bisa mengakibatkan konflik antara orang tua dan anak.
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa pengasuhan anak oleh nenek atau kakek kerap menimbulkan gangguan psikologis. Misalnya anak menjadi bingung karena penetapan “reward & punishment”, tata nilai, model pola asuh yang berbeda.

Sebagai jalan tengah jika Anda memang merasa suka, senang dan bahagia mengasuh cucu secara “purnawaktu” atau tidak punya pilihan lagi, menurut saya, setidaknya  ada tiga kiat penting yang bisa membantu Anda agar menjadi “pengasuh yang sukses”

1.Terbuka
Keterbukaan menjadi salah satu kunci keberhasilan ”tugas” Anda. Bicarakan secara rinci dengan anak-anak Anda terkait “tugas” tersebut. Bisa saja anak Anda merasa enggan untuk meminta kita melakukan “ini dan itu” karena sadar bahwa orang tua seharusnya memiliki lebih banyak pengalaman dalam mengasuh anak, maka ada baiknya Anda mendahului. Menanyakan hal yang boleh dilakukan dan tidak dalam versi anak Anda, menurut saya, merupakan hal yang bijak karena nantinya Anda tidak akan meninggalkan jejak konflik nilai pada perkembangan cucu Anda.
Jika Anda orang yang cukup terbuka dalam menerima pendapat, minta anak Anda menuliskan “Do’s and Don’ts” dan Anda juga menyampaikan hal-hal yang dipandang baik untuk semua.

2.Memperbarui informasi
Yang saya maksud dengan memperbarui informasi adalah memutakhirkan pengetahuan seputar model atau konsep pola asuh  yang dianut oleh orang tua muda. Orang tua masa kini bukan “penganut pola asuh helikopter”. Mereka cenderung memberi kebebasan memilih dan membuka peluang kepada anak-anaknya untuk berargumentasi. Oleh karena itu, para senior harus siap jika cucu tercinta mendebat perintah atau menolak melakukan sesuatu dengan beragam argumentasi. Selain itu, orang tua masa kini juga rajin berselancar mencari jawaban untuk mendapatkan informasi atas persoalan yang dihadapi. Mereka tidak selalu mengikuti kebiasaan orang tuanya (baca: kita)dalam mengasuh anak-anak. Jadi, pengalaman panjang Anda dalam membesarkan dan mendidik anak, bisa saja tidak diikuti. Maka berbesar hatilah…

3.Jangan terlalu memanjakan
Tentu bahagia melihat anak-anak kita sudah memiliki anak. Tanpa disadari kita menjadi orang yang seakan-akan paling menyayangi cucu kita. Banyak cerita mengenai nenek atau kakek lebih menyayangi cucunya dibandingkan anaknya. Memang kebahagian  melihat cucu-cucu yang lucu dan menggemaskan membuat kita jadi sangat permisif dan cenderung “bertoleransi tanpa batas”. Anda harus mampu bersikap bijak untuk menolak, menerima atau mengizinkannya melakukan/ meminta sesuatu. Yang paling baik Anda berpegang teguh saja pada aturan “Do’s and Don’ts” dengan gaya dan cara Anda tentunya. Jika Anda relatif konsisten, secara perlahan anak akan menyimpan “pesan nilai” ini pada benaknya. Sekali lagi cadangan kesabaran harus cukup…

Bagaimanapun, pada akhirnya bergantung pada kesiapan Anda dan orang tua yang menitipkan anaknya untuk saling memahami karena sesungguhnya bantuan Anda merupakan hal yang tak ternilai dan tidak semua orang mau melakukannya, bahkan saya pun tak akan menyanggupinya...Enjoy…

8 comments:

  1. Saya kaget, beneran ibu sudah punya cucu? Trus saya punya apa dong? Hmmm, saya punya semangat untuk momong cucu suatu saat :-)
    (iya ini lucu banget kl dibayangin)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi... Nunik... kamu selalu punya semangat yang menggebu

      Delete
  2. Halo Ibu Irna...
    Rindu ini terobati setelah membaca tulisan ibu. Sehat selalu ya bu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih... Semoga kita semua selalu diberi nikmat sehat ya...

      Delete
  3. Apakah Ibu Irna tau siapa itu unknow di atas? :-D

    ReplyDelete
  4. Mudah2an kalau "pengasuhnya" sukses "asuhannya" lebih sukses ya...

    ReplyDelete