Pada saat Anda berpikir,apakah Anda juga berpikir tentang
apa sesungguhnya pikiran itu... dimana pikiran itu berada... atau makhluk
apakah pikiran itu... sampai-sampai Anda harus meluangkan banyak waktu
untuknya. Apakah benar "Aku
Berpikir Maka Aku Ada” “Cogito Ergo Sum”
(Descartes)
Hubungan “Aku”
dan “Pikiran” yang terjalin indah berabad lamanya itu tampak tak berpangkal dan
tak berujung. Sampai pada suatu masa di suatu tempat yang tak jelas
keberadaannya terjadi percakapan panjang antara “Aku” dan ”Pikiran.”
Untuk memudahkan
maka saya saripatikan perbincangan antara “Aku” si maha merasa memiliki dan “Pikiran”
si maha merasa penting.
“Dialog antara Aku dan Pikiran di Suatu Masa”
(hari-tanggal-bulan-tahun)
Aku :Siapa
kamu...?
Pikiran :Aku adalah inti hidup
Aku :Mengapa kamu berada di situ padahal aku tidak mengenalmu
Pikiraan :Kamu sangat dekat denganku
Aku :Bagaimana mungkin kamu
bisa dekat denganku
Pikiran :Kamu selalu membutuhkan aku. Tiada hari tanpa aku
Aku :Jelaskan kepadaku siapa
sesungguhnya kamu...
Pikiran :Akulah yang selalu ingin kamu kuasai...
padahal aku bukan kamu... Aku adalah Aku, “entitas mandiri”
Aku :Aku tidak paham maksudmu
Pikiran :Tentu saja tidak, karena kamu tidak akan
mampu melakukan apapun tanpa aku. Jika
kamu lupa, kuperkenalkan kembali bahwa aku adalah “Pikiran”
Aku :Ahaaa... Wahai “Pikiran”
diamlah di tempatmu karena kamu bukan apa-apa jika tanpa aku. Akulah
pemilikmu...
Pikiran : Jika aku meninggalkan kamu maka kamu bukan
“kamu” lagi dan tidak dapat disebut manusia
Aku :....???
Pikiran :....???
Perbicangan terhenti... baik “Aku” maupun “Pikiran” terhenyak... Dua
“makhluk ajaib” yang sesungguhnya berbeda tetapi tanpa disadari saling
membutuhkan dan kerap kali harus berjalan seiring... meskipun bukan menjadi
keterwakilan atas masing-masing entitas.
“Pikiran” adalah sebuah timbunan pengalaman
fisik dan mental yang muncul akibat proses luar sadar
dalam otak manusia. Kadang kala ia bersikap liar karena menemukan pengalaman
batiniah lain yang mewarnai hidup tapi sesungguhnya tak dikendaki oleh “Aku”. Oleh
karena itu “Aku” kadang tak mampu menguasai dan mengatur “Pikiran” sesuai kehendaknya.
“Pikiran” akan berubah menjadi baik jika menerima masukan
baik, tetapi jika masukan itu buruk maka buruklah ia…
Sedangkan “Aku” sesungguhnya baik hati dan budiman karena ia
milik Ilahi. “Aku” adalah perwujudan unsur-unsur materi yang ditentukan oleh
ruang dan waktu serta melekat pada pada tubuh manusia "man the unknown" yang tak pernah
selesai diperdebatkan oleh para pakar. “Aku” sebenarnya selalu berusaha menguasai
“Pikiran” walaupun “Aku” tidak sama dengan “Pikiran”
tapi “Aku” adalah tuan dari “Pikiranku” karena ia melekat pada tubuhku
Oleh karena itu tak perlu berpayah-payah memaksa agar “Aku” selalu sama
dengan “Pikiran” atau “Pikiran” selalu sama dengan “Aku” karena tidak akan berhasil... kecuali
Anda meminta bantuan kepada hati nurani “Qalbu”, akalmu dan tubuhmu sebagai pemilik
kesemuanya itu.
Sejatinya yang dibutuhkan hanya kesadaran yang "benar-benar
sadar" bahwa “Pikiran” itu bukan “Aku....”. Pahami
saja diri Anda maka pikiran akan mengikuti… dan hidup akan menjadi lebih
indah...
Aku Bersyukur karena Nuraniku Menuntun Pikiranku
Untuk jiwaku
yang tak pernah padam. If...
Setau aq qolbu akan menjadi baik bila dibarengi dg ketaqwaan
ReplyDeleteSetuju, Ibu.... Terima kasih
DeleteId,ego,superego....
ReplyDeleteTerima kasih sudah membaca...
DeleteBagaimama dg hati?
ReplyDeleteDiskusi terpisah saja, ya...? Terima kasih
Delete