Introduction

Friday, July 3, 2020

Perempuan Merdeka


Halo para perempuan...

Rasanya saya bahagia setiap kali bisa menyapa Anda semua… Sapaan kali ini saya tujukan bukan hanya untuk para  perempuan senior saja tetapi untuk semua perempuan yang pandai bersyukur dan bahagia karena terlahir sebagai perempuan.

Saya sengaja membuat tajuk tulisan ini “Perempuan Merdeka” karena menurut pengamatan kasar saya (bukan hasil riset), masih banyak perempuan terperangkap dengan “keperempuanannya”.  Misalnya, “memaksa”  berkulit putih, berwajah tirus dan harus ramping, atau beralis bagaikan semut beriring… maka dikejarlah tampilan “cantik” versi tersebut. 
Tentu saja, saya tidak ingin mengatakan bahwa berpenampilan cantik atau berupaya tampil cantik itu salah. Tetapi saya lebih berbahagia untuk mengatakan cintailah wajah Anda, tubuh Anda apa adanya karena itu pemberian Ilahi yang membawamu ke berbagai tempat yang Anda inginkan, mengantarkan Anda pada pencapaian saat ini, dan semua hal yang mungkin tak pernah Anda syukuri sebelumnya.

Menjadi perempuan dengan jiwa yang merdeka seharusnya melekat pada setiap perempuan. Masalahnya, sebagian perempuan, dan saya yakin itu bukan Anda, masih gemar melemahkan dirinya sendiri dengan hanya berbicara masalah tubuh. Padahal apa salahnya tubuh ini?  

Menurut saya, kecantikan perempuan tidak pada tubuh atau wajah… Ia bersifat harmoni dan menjadi satu kesatuan yang utuh, gabungan antara hati, pikiran dan menjaga kehormatan diri. Maka dengan demikian orang akan dapat menilik kecantikan Anda.

Perempuan harus mampu melepaskan diri dari segala batas-batas yang melemahkan akal pikiran dan stigma atau label yang melekat padanya, kecuali tentu saja hal-hal yang kodrati. Ia harus memiliki kebebasan dalam memilih dan menentukan jalannya serta mampu  pula mengenali dirinya sendiri, potensinya, keinginannya dan untuk selanjutnya dapat memanfaatkan semua itu demi kemaslahatan.

Perempuan tidak perlu berupaya menyamakan diri dengan laki-laki karena itu upaya yang sia-sia. Bangun saja relasi setara antara perempuan dan laki-laki karena pada hakikatnya perbedaan itu untuk saling melengkapi. Tak perlu dipaksakan… Biarkan berbeda, biarkan tak sama, berjalan saja di jalan kita dan bertindaklah dengan kebijaksanaan bukan dengan emosi dan kebodohan.
Maka jadilah Anda Perempuan Merdeka...
 
Tak hanya R. A. Kartini. 
Menurutku semua perempuan yang menghargai dirinya, menghargai, dan menginginkan kemajuan sesamanya, Harum namanya.

(KH. Ahmad Mustofa Bisri)


 Untuk perempuan yang bersyukur terlahir sebagai perempuan

10 comments:

  1. Saya,...
    Wanita merdeka,...
    Merdeka atas diri sendiri...
    Merdeka atas karunia ilahi...
    Merdeka atas perbedaan yg hakiki...

    ReplyDelete
  2. Saya,...
    Wanita merdeka..
    Merdeka atas diri sendiri
    Merdeka krn karunia Ilahi
    Merdeka krn perbedaan yg hakiki

    ReplyDelete
  3. Saya nggak tau saya perempuan merdeka atau bukan. Yang saya tau, saya bahagia melakukan yang saat ini saya jalani, Bu. Saya sudah memilih jalan saya :)
    #kangennongki2

    ReplyDelete
  4. Ihiyyyy, saya merdeka, terlalu merdeka kayaknya yah? Hahaha.

    ReplyDelete
  5. mamskiiii bagaimana dengan emnasipasi

    ReplyDelete
    Replies
    1. emansipasi
      kelibetkan nulisnya hahhah

      Delete
    2. Menurut saya kembali saja kepada fitrah perempuan. Secara sederhana emansipasi dimaknai dengan “kesetaraan”. Setara tak berarti sama persis. Begitukah…?. Terima kasih

      Delete