Introduction

Tuesday, September 29, 2020

Syukuri, Jalani, Nikmati

 

Syukuri, jalani dan nikmati menjadi ungkapan umum untuk menguatkan orang dalam menjalani hidup. Ungkapan itu terdengar mudah dan ringan, meskipun sesungguhnya pasti tidak terlalu mudah.

 

Orang bilang hidup harus dinikmati karena hidup hanya sekejap mata. Jadi jangan pernah Anda luput menikmatinya setiap penggal nafas. Beragam cara orang menikmati hidup mulai dari yang kemaslahatannya tampak nyata atau kasat mata, halal, tak halal sampai dengan remang-remang dan buram tak tentu rimba tapi tetap “diklaim” sebagai “sesuatu”.  

  

Yang menjadi perdebatan bagaimana cara menikmati hidup jika separuh hidup memberi banyak kisah yang Anda pandang menyulitkan, menyedihkan bahkan menyakitkan hati.

 

Karena rasa hati orang per orang berbeda, persepsi tiap orang juga beragam maka rasa sulit, sedih, sakit hati menjadi sangat nisbi. Oleh karena, itu menjadi tidak gampang untuk meminta orang selalu menikmati hidup ini.

 

Jalani saja dulu apa yang Anda "pikir" baik untuk semua, tidak perlu ragu melangkah karena sudah pasti jika ingin menikmati sesuatu, kita harus menjalaninya terlebih dahulu… Selanjutnya barulah Anda akan mengetahui apakah sesuatu itu dapat dinikmati atau tidak. Dibandingkan dengan “menikmati”, “menjalani” memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Menjalani perlu keluasan hati karena Anda akan berhadapan langsung dengan beragam persoalan yang nyata agar bisa sampai di penghujung. Jika tidak, pilihannya berhenti untuk kembali ke titik awal, atau diam di tempat, tidak bergerak.

 

Untuk meringankan langkah kita dalam menjalani sesuatu agar pada akhirnya bisa menikmati yaitu dengan selalu bersyukur. Bersyukur merupakan wujud kebesaran hati manusia menerima kejadian, peristiwa atau kondisi apapun, dalam bahagia atau duka cita. Jika Anda merasa kesulitan mencari “nikmat” hidup yang bisa disyukuri karena berpraanggapan bahwa semuanya tidak bisa dinikmati, maka yang harus disyukuri, setidaknya, mungkin masih punya teman, mungkin memiliki anak, masih bisa berpikir, atau yang paling ekstrim masih bernafas… Kalau bernafaspun tidak disyukuri, tampaknya, memang terjadi kesalahan besar dalam hidup. Jika demikian adanya, bersegeralah menemui pemuka agama yang paling bijak untuk mendapat pencerahan.

 

Menurut pendapat saya, cobaan hidup akan terasa “lebih ringan”, walaupun bukan menjadi “ringan” jika seseorang pandai bersyukur, seberapapun beratnya. Mungkin karena Sang Khalik percaya kepada Anda sehingga tugas Anda menjadi lebih berat dibandingkan orang lain. Jika itu bisa dilalui atau dijalani maka Anda menjadi orang hebat… karena nikmatnya hidup berawal rasa syukur yang mendalam…
Wallahu a’lam bish-shawabi

 

Thursday, September 3, 2020

Jangan Menunggu. Jemputlah…

 

Menurut banyak sumber kata sabar didefinisikan sebagai kemampuan menahan keinginan atau emosi dalam situasi yang sulit. Jika seseorang mampu bertahan, tanpa mengeluh maka ia akan dipandang sebagai orang yang bernilai tinggi dan memiliki ketangguhan dalam menghadapi persoalan hidup.

Meskipun  kata sabar memiliki makna “kemampuan menahan”, itu tidak berarti bersinonim dengan diam tak bergerak, bergeming dan hanya menunggu datang sesuatu dari langit ke tujuh. Tampaknya itu agak tak mungkin, kecuali atas izin khusus dari Sang Pemilik semesta alam raya. Saya percaya yang dimaksud oleh Sang Khalik pun bukan berdiam diri tanpa usaha tetapi selalu berikhtiar atau berusaha.

Tidak ada, atau setidaknya jarang, kesempatan baik datang tiba-tiba menghampiri Anda karena kesempatan itu harus “dikondisikan” untuk menjadi ada. Jika ada seseorang menawari Anda, misalnya, pekerjaan menarik dan penuh tantangan, itu bukan datang kepada Anda melayang-layang dari angkasa. Tapi karena Anda memiliki rekam jejak yang baik di bidang terkait dan tercatat dalam portfolio Anda baik yang terekam secara “wujud” atau dalam “penyimpan awan”. Jika ternyata Anda tidak punya rekam jejak di bidang terkait, saya bisa pastikan bahwa Anda punya rekam jejak sebagai “orang baik budi”.

“Menunggu” datang keajaiban di masa-masa seperti ini sungguh perbuatan yang sangat tidak kreatif dan produktif bahkan boleh disebut tindakan yang “ajaib”. Jadi,jangan pernah menunggu kesempatan datang, jangan pernah menunggu kesempurnaan datang, jangan pernah menunggu kebaikan menghampiri, jangan pernah menunggu jodoh mengetuk pintu rumah Anda… Mulai saja sekarang juga… atau jemputlah segera. Jika tidak, maka hal yang Anda idam-idamkan bisa disambar orang lain.

Tidak  mau menunggu bukan berarti tidak sabar. Tetapi menjemput kebaikan jauh lebih baik dibandingkan diam menunggu karena menyegerakan hal baik jauh lebih bernilai dibandingkan menundanya. Bisa saja bukan cuma Anda yang mendapat keuntungan, tetapi orang lain di sekitar Anda turut terpecik harum keberhasilan tersebut.

Jika telah berikhtiar atau berupaya sekuat tenaga tetapi belum berhasil, maka bersabarlah dengan sabar… Sang Khalik tau benar kapan seharusnya itu menjadi bagian Anda… Wallahu a'lam bish-shawab

  

                                                        Tulisan diinspirasi dari status WA sahabat saya, Alia.